Selasa, 07 Desember 2010

Sahabat Sejati (dalam pandangan Islam)




 
Dari seorang teman....
           
for everyone 
Sahabat itu..
A friend in need a friend indeed, pepatah Inggris
Duduak samo randah tagak samo tinggi, pepatah minang
Mangan ora mangan sing penting ngumpul, pepatah jawaMereka yang selalu ada.,mereka ada saat diperlukan.,mereka memberikan ruang nafas untuk 
kehidupan yang sesaak.,kata akuuu...hahaha

Pegang pundakku jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar
Pegang sayapku jangan pernah lepaskan
Bila ku ingin terbang terbang meninggalkanmu
(Sheila On 7, riff lagu Sahabat Sejati)

Ingatkanku semua wahai sahabat
Kita untuk selamanya kita percaya
Kita tebarkan lara dan tak pernah lelah
Ingatkanku semua wahai sahabat
(Peterpan, riff lagu Sahabat) 

Perintah Allah swt. dan Rasulullah saw. dalam Bersahabat

Allah telah memerintahkan kaum muslim untuk menjadikan nabi-nabi, para 
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh sebagai 
sahabat, hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya: “Dan barangsiapa yang 
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang 
yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, 
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman 
yang sebaik-baiknya.” (TQS. an Nisaa’ [4]: 69), dan juga orang-orang mukmin, 
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi 
teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak 
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang 
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang 
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami 
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (TQS. Ali-Imran 
[3]: 118)

Allah telah melarang kaum muslim untuk mengambil orang kafir sebagai teman 
dekat sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt: 
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman 
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan 
di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”(TQS. 
an-Nisaa’[4]: 139)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir 
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan 
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” (TQS. An-Nisaa’ [4]: 144)
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan 
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya 
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri 
dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap 
diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (TQS. Ali-Imran [3]: 28)

Dan Allah swt telah menetapkan hukumnya kepada mereka yang telah menjadikan 
syaitan, orang-orang kafir, fasik dan zalim sebagai sahabatnya dengan 
meninggalkan Allah dan Rasulullah.
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, 
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." 
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu 
teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika 
al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong 
manusia. (TQS. al-Furqan [25]:27-29) 
Dan mereka yang berteman itu saling menyalahkan kecuali persahabatan 
orang-orang yang bertaqwa. “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi 
musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (TQS. 
az-Zukhruf [43]: 67).

Rasulullah memberikan perumpamaan tentang persahabatan sebagai berikut: dari 
Abu Musa al Asy’ari ra ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang 
yang bergaul dengan orang yang shalih dan orang yang bergaul dengan orang 
jahat, seperti pergaulan dengan penjual misik (minyak kasturi) dan tukang 
peniup api. Adapun dengan penjual minyak kasturi, mungkin saja dia akan memberi 
minyak kepadamu, atau kamu membeli minyak kepadanya. Atau paling tidak kamu 
akan mendapatkan harumnya. Sedangkan orang yang meniup api, boleh jadi ia akan 
membakar pakaianmu, atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau yang tidak 
enak darinya.” (HR. Bukhari Muslim) 

Bersahabat dengan Lawan Jenis

Secara umum, kehidupan laki-laki dan wanita adalah terpisah (infishal), artinya 
kehidupan sosial mereka sebagian besar dihabiskan bersama keluarganya dan 
sesama mereka (laki-laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita). Dalilnya 
adalah ketika beberapa wanita bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, 
kami tidak mendapat peluang untuk belajar di majelismu yang dipenuhi kaum 
laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat belajar darimu pada 
kesempatan itu.” Kemudian Rasulullah menjawab: “Bagianmu adalah di rumah si 
fulanah.” Maka beliau datang kepada mereka (kaum wanita) pada hari dan tempat 
yang telah dijanjikan dan beliau mengajar mereka. (Lihat Fathul Barri, jilid 
I). Sehingga interaksi yang terjadi antara keduanya sangat kecil dan hanya 
terjadi dalam hal-hal tertentu saja.
Tidak bisa dinafikan bahwa laki-laki dan wanita pasti akan berinteraksi satu 
dengan yang lain, sehingga perlu pengaturan tehadap interaksi tersebut. 
Menjadikan lawan jenis sebagai teman bisa saja dilakukan asal sesuai dengan 
syariat Islam. Sesuai dengan syariat Islam maksudnya adalah dalam bergaul 
selalu mengikuti kaidah hukum syara’ (Islam). Beberapa hal yang harus 
diperhatikan agar persahabatan sesuai dengan syara’ adalah:

1. Menundukkan pandangan. Maksudnya adalah memandang kepada yang bukan aurat 
dari lawan jenis dan memandang selain aurat tidak dengan syahwat. Dalilnya 
adalah al-Qur’an surat an-Nuur [24]: 30-31.
2. Tidak berkhalwat (menyepi, berdua-duaan dengan lawan jenis). Hal ini 
berlandaskan pada sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: “Janganlah sekali-kali 
salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan perempuan lain, kecuali 
disertai dengan muhrimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak masuk ke tempat tinggal wanita. Dalilnya adalah sabda Rasulullah, dari 
Uqbah bin Amir ra., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kalian 
untuk bertamu kepada wanita!” seorang laki-laki Anshar bertanya: “bagaimana 
kalau saudara ipar (besan)?” Rasulullah bersabda: “Ipar sama dengan kematian.” 
(Mutafaq alaih).
4. Berinteraksi hanya pada keadaan yang dibenarkan oleh syara’, misalnya dalam 
hal pendidikan, jual beli, dan pengobatan (dalam beberapa kasus).
5. Berteman karena Allah swt semata. Rasulullah memerintahkan hal ini dengan 
jelas. Berdasarkan hadist dari Abdullah bin Mas’ud riwayat al-Hakim dalam 
al-Mustadrak. Rasullulah bersabda: “Wahai Abdullah bin Mas’ud! Ibnu Mas’ud 
berkata: “Ada apa ya Rasulullah? (Ia mengatakannya tiga kali)” Rasulullah 
bertanya: “Maukah Engkau tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat?” Aku 
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah bersabda: “Tali keimanan 
yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah, dengan mencintai dan membenci 
(segala sesuatu) hanya karena-Nya.”. Lebih dari itu, tidak menjadikan mereka 
yang berbeda agama sebagai bithōnah (teman kepercayaan) dan walî (teman 
yang dekat atau pelindung dan penolong).

Selain itu perlu diperhatikan pula, agar teman tetap menjadi teman, yaitu 
dengan cara:
a. Kurangi frekwensi pertemuan yang tidak perlu.
b. Jangan berbicara dan berpenampilan yang menimbulkan daya tarik bagi lawan 
jenis.
c. Menutup aurat dan memakai jilbab bagi wanita.
d. Kurangi berhubungan. (maksudnya seperti, sms, nelpon, e-mail dan chatting) 
e. Menjaga hati.

Hal ini berlaku juga kepada aktivis pengajian, karena dewa cupid merentangkan 
busurnya tidak laporan dulu lho! Dekatkan diri kepada Allah swt dengan banyak 
mengingatnya dan mengingat dosa-dosa kita yang telah lalu dalam sholat kita 
bisa jadi solusi mujarab.
Menjadikan lawan jenis sebagai teman, dilakukan sebatas apa yang telah 
dijelaskan diatas, dan tak lebih dari itu. Hukum syara’ yang lain akan berlaku 
jika kita menginginkan yang lebih dari yang telah disampaikan di atas.

Aktifitas seperti curhat masalah pelajaran, teman, keluarga, classified 
ploblem, minta usulan sambil makan berdua, nemenin beli kado atau hadiah, 
nganterin pulang ketika kegiatan berakhir terlalu malam, jalan bareng ke mall 
atau plaza, bikin PR, tugas dan laporan berdua, semua hal tersebut bisa 
dilakukan jika dan hanya jika keduanya telah diikat dengan simpul agung 
pernikahan.

Artinya, aktifitas persahabatan yang sejati hanya bisa berlaku kepada Istri 
suami, dan teman yang sejenis (laki-laki dengan laki-laki atau wanita dengan 
wanita, gitchu loh...) dan mukmin sebagaimana penjelasan di al-Qur’an 
sebelumnya.

Menjadi Sahabat Sejati

Syaikh al-Ghazali menjelaskan lima hal yang harus dilakukan untuk mengikat 
persaudaraan, lima hal itu adalah:
1. Dalam hal harta, hendaklah, setidaknya, adalah seperti budakmu, maka 
urusannya menjadi bagian dari kepentinganmu. Pertengahannya adalah 
menjadikannya setingkat denganmu, karena, persaudaraan memunculkan persekutuan 
dan kesamaan. Yang paling tinggi adalah memuliakannya diatas dirimu. Maka 
engkau meninggalkan urusan dirimu untuk mengurus kepentingannya. Ini merupakan 
tingkatan yang paling tinggi. 
2. Membantu memenuhi kebutuhannya sebelum diminta. 
3. Tidak mendatangkan sesuatu yang tidak disukainya.
4. Berbicara dengan sesuatu yang disukainya berupa pujian tanpa keluar dari 
kebenaran.
5. Memenuhi janji dan keikhlasan.

Menemukan Sahabat Sejati

Selain batasan umum yang telah diberikan al-Qur’an dan Hadist di atas, tentu 
perlu pula kita cari penjelasan lebih rinci tentang sahabat sejati ini.
Tipe teman yang patut dijadikan sahabat :
1. Mau berbagi apa saja
Individu dari kategori ini ternyata sanggup menomorduakan krisis yang sedang 
dialaminya demi seorang sahabat. Tetapi kamu jangan mengambil kesempatan atas 
kebaikan dirinya.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini?
• Dia tidak menipu dan mampu menyimpan rahasia walaupun perkara kecil.
• Dia sering menanyakan kabar tentang dirimu.
• Karier impiannya adalah sebagai seorang ahli psikologi.
2. Memahami
Kamu bisa menerima dan mendengar nasihat serta pandangan yang diberikan dengan 
hati terbuka. Nasihat yang diberikan juga amat meyakinkan kamu, individu ini 
wajar kamu dampingi sebagai sahabat sejati.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini
• Dia bersedia dihubungi kapan saja... 24 jam sehari, 7 hari seminggu!
• Dia seorang teman yang keukeuh memegang janji. Dalam persahabatan, dia adalah 
sahabat yang setia.
• Dalam permasalahan kamu dia banyak membantu. Dia mampu mengenali apakah 
individu yang berhubungan denganmu itu, benar-benar ikhlas atau mungkin ingin 
memperalatmu.
3. Profesional 
Saat kamu mengalami permasalahan, dia akan datang menghampirimu dan berusaha 
memahami keadaanmu. Dia berusaha memberi nasihat dengan meletakkan dirimu dalam 
dirinya. Nasihat dan pandangannya itu pun tidak mempunyai unsur berat sebelah 
dan sekaligus tidak mengkambinghitamkan seseorang. Jelaslah bahwa dia sahabat 
yang profesional yang bisa kamu dampingi.

Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini;
• Dia bijak menjaga emosimu setiap kali kamu berada dalam keadaan tegang
• Setiap kali kamu menyatakan pandangan dan usulan, dia mendengarnya dengan 
ikhlas dan hormat. Kamu boleh melihat kejujuran itu dari sinar matanya. 
• Dia tidak pernah memberi alasan sekiranya kamu ajak bertemu. Walaupun dia 
tahu bahwa dirinya akan menjadi tempat curahan masalahmu pada waktu itu!
4. Jujur
Setiap kali ada yang tidak pas dengan penampilan dan keadaanmu, dia akan 
menegurmu dengan bijak. Dia berkeinginan agar kamu kelihatan perfect setiap 
saat. Dari teguran dan komentar yang diberikan itu ternyata membangun kamu. 
Kamu boleh menerima tegurannya dengan hati yang terbuka.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini:
• Dia adalah individu yang lurus. Walau bagaimanapun, keterus-terangannya itu 
tidak menyakitkan hatimu.
• Dia mau menjadi tulang belakangmu.
• Kamu sentiasa merasakan bahawa nasihatnya amat berharga.
Itu beberapa tips yang bisa diambil, Begitupula berlaku sebaliknya terhadap 
mereka yang patut dihindari.

Walhasil, Allah swt. telah memberikan rambu-rambunya dalam mencari sahabat. 
Setiap aktifitas yang kita lakukan, tentu punya tujuan, dan sebagai seorang 
muslim tujuan hidupnya tidak lain adalah untuk mencari ridha Allah swt., 
sehingga ketika mencari sahabat sejati pun demikian, tentu yang dicari adalah 
yang bisa saling mengajak kepada keridhaan Allah swt. semata, dan bukan 
mengajak kepada kemurkaan Allah swt. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada 
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat 
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah 
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang 
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah 
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya 
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Ali Imran [3]: 103)
Wallahu a’lamu bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WALCOME to Miie Lofha26 Blog's Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino